Ini tentang Performance VS Potential. Saya terjemahkan bebas dari artikel The Myth of Potential yang saya dapatkan di internet. Pernah saya post di workplace tempat saya bekerja pada 5 Juni 2016. Semoga bermanfaat.
Teori saya sederhana; salah satu hal terburuk yang bisa dilakukan sebuah organisasi adalah memberikan penghargaan pada orang-orang yang ‘berpotensi’. Mengidentifikasi dan mengenali potensi seseorang memang penting, tapi memberikannya penghargaan bisa jadi ‘mematikan’. Mengakui potensi seseorang telah membuat beberapa orang lupa diri, bahkan terjerumus dalam kegagalan. Daripada sekedar menghargai potensi, perusahaan harus belajar untuk menumbuhkannya dengan tepat –kedua hal ini nyata perbedaannya.
Tapi begini – kita semua memiliki potensi, mungkin beberapa orang memiliki sesuatu yang lebih dari orang-orang kebanyakan, tapi kita semua jelas memiliki suatu potensi. Sebenarnya potensi ini mudah dikenali, tapi sulit disadari. Banyak dari kita yang menyimpan bakat kita itu tanpa suatu publikasi, banyak juga yang memilih untuk mengabaikannya, dan sayangnya sedikit sekali dari kita yang memiliki kemauan untuk memaksimalkan potensinya. Akar masalahnya, sebenarnya, adalah masyarakat yang berpikir bahwa potensi-potensi tadi adalah komoditas yang umum dan mudah tergantikan. Orang-orang menjual potensi seakan-akan itu adalah performa – tapi bukan.
Kebanyakan potensi orang akan terbentuk sejalan dengan kehidupannya sejak lahir. Orang tua, guru, pelatih, dan orang yang mempekerjakan mereka semuanya berperan dalam membesar-besarkan potensi di dalam diri mereka sebagai suatu indikasi performa mereka di masa depan. Padahal potensi ini belum menjanjikan apapun; mungkin hanya sekedar harapan.
Meski harapan sering dijadikan motivasi bagi sebagian orang, ia juga bisa menyulut delusi beberapa orang lainnya. Para pemimpin lebih diarahkan untuk memilih usaha dan hasil daripada potensi yang mungkin saja dimiliki calon pegawai. Kita harus berhenti mencari pemimpin macam ini dan mulai mencari bakat kepemimpinan mereka yang menunjukkan lebih dari potensi semata. Pemimpin yang baik tidak mempromosikan pegawainya dengan harapan mereka akan memberikan performa yang baik –mereka akan mempromosikannya setelah melihat bagaimana performa mereka.
Kemampuan dan bakat menjadi sebuah berkah hanya jika dimengerti dan digunakan dengan baik. Kenyataan pahitnya, kamu tidak special karena potensimu, tapi karena kerja kerasmu mencari potensi itu, dan bahkan bisa menjadi lebih spesial lagi saat kamu benar-benar meraihnya. Jangan katakan betapa berbakatnya kamu pada orang lain, berikan bukti yang masuk akal bagaimana kamu tahu untuk menggunakan bakatmu –tunjukkanlah.
Dunia ini dibanjiri begitu banyak potensi. Kita tidak lagi membutuhkan potensi-potensi itu. Tidak seharusnya kita mencari pemimpin-pemimpin dengan potensi selangit, tapi kita harus mencari mereka yang benar-benar memiliki kepemimpinan. Pemimpin yang baik harus bisa mengenali dan mengakui potensi yang unik di diri masing-masing orang, tapi ia juga harus menghindari menghargai orang hanya berdasarkan potensi mereka itu saja. Pemimpin yang cerdas akan lebih tertarik pada karakter yang tinggi, pencapaian yang tinggi, kecocokan yang tinggi dan performa yang tinggi daripada sekedar potensi yang tinggi. Hargailah sebuah performa, bukan potensi.
Jika kalian berpikir potensi saja akan membuat kalian sukses, kalian salah. Nyatanya, banyak penelitian telah dilakukan untuk mencari korelasi dari potensi dan kesuksesan yang diraih. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara etos kerja, performa, dan kesuksesan yang sesungguhnya. Menyadari sebuah potensi membutuhkan focus, determinasi, dan dedikasi –sukses membutuhkan usaha. Dalam pengalaman saya bekerja dengan beberapa CEO paling berbakat di dunia, dorongan dari diri mereka sendiri dan bukanlah potensi yang memberikan dampak terbesar dalam kesuksesan mereka. Potensi tanpa keinginan keras atau sebaliknya hanya akan berujung sia-sia.
Potensi adalah pencapaian yang sering tidak kita sadari – tidak kurang dan tidak lebih. Kunci dari mengubah potensi menjadi prestasi tentunya adalah komitmen. Jadi inilah pertanyaanku: apakah kau berkomitmen? Apakah kau berkomitmen untuk mengerahkan segala tenaga dan usaha yang dibutuhkan untuk menyadari potensimu, ataukah kau hanya akan membuangnya sia-sia? Akan lebih mudah untuk membicarakan potensimu daripada mengenalinya, tapi sebenarnya, pencapaian yang luar biasa tidak pernah mudah, bukan?
No comments:
Post a Comment