Sales Call Plan - Bagian 1

Hi, apa kabar.
Kali ini saya ingin share sedikit tentang bagaimana membuat Sales Call Plan (atau PJP, atau Beat Plan, atau rencana kunjungan salesman, atau biasa disebut dengan DKS di beberapa Perusahaan kecil) dengan menggunakan bantuan online mapping tools gratis yakni Google My Maps dan aplikasi GPS Coordinate

Seperti yang sudah kita ketahui, Call Plan adalah strategi distribusi untuk mengelola sebuah wilayah penjualan. Strategi Call Plan ini menjadi bagian dari Territory Management khususnya mengatur jadwal kapan sebuah toko akan dikunjungi oleh team Sales - baik dalam minggu, hari maupun jam kunjungan-nya. Call plan yang dibuat asal2an tentu akan berakibat ke tidak optimalnya usaha team di dalam mencapai target penjualan.

Ada beberapa pertimbangan yang harus dipahami terlebih dahulu  sbb :

1. Cara mengcover area: apakah pengelolaan sebuah area dengan seluruh type outlet di dalamnya menjadi tanggung jawab satu orang salesman / team, (single team multi outlet) atau sudah dibagi menjadi tanggungjawab beberapa team Sales yang ada (Multi team single outlet)

2. Mengetahui besarnya potensi area dengan menghitung dan membandingkan jumlah outlet VS jumlah team yang dibutuhkan. Untuk kebutuhan ini kita bisa menggunakan bantuan matriks area dengan membagi area sesuai kebutuhan

3. Menentukan frekuensi kunjungan masing2 toko (frequency of call atau call cycle): 1, 2, 3, atau 4 kali per-bulan

4. Menentukan berapa outlet yang bisa di-cover oleh setiap salesman / satu team salesman. Ini akan sangat berhubungan dengan time and distance yang dialokasikan team sales untuk setiap tokonya, yang tentu akan berbeda untuk masing2 jenis outlet. Outlet Grosir biasanya membutuhkan waktu lebih lama jika dibandingkan retail. Super market akan lebih lama dibandingkan Grosir, dst, dst. (Detail akan dibahas terpisah di posting lainnya - lihat postingan sebelumnya mengenai Call cycle dan penentuan jumlah Salesman berdasarkan metode workload).

Setelah kita selesai merumuskan kondisi di atas maka kita akan masuk ke langkah bagaimana mendesign rute kunjungan sales :

a. Belah area menjadi 4 atau 5 bagian sesuai dengan kebutuhan sales force
b. Bagi rute kunjungan sesuai jalan
c. Bagi rute kunjungan sesuai kecamatan (sebagai control unit terkecil).
d. Lalu bagi rute kunjungan sesuai tipe customer



Apakah sudah cukup sampai di sini? Iya, jika anda hanya memikirkan jumlah effective call yang diperoleh team sales dan langsung merasa puas dengan estimasi omzet yang akan didapat pada hari yang sama. Saya katakan estimasi. Tentu saja karena effective call tidaklah sama dengan sales atau omzet. Masih ada satu tahapan lagi yang harus dilalui oleh sebuah sales order untuk menjadi omzet. Pasti Anda tahu yang saya maksud adalah proses pengiriman barang ke Outlet. Repotnya, masih banyak di antara kita yang terjebak dengan mindset bahwa S/O adalah Omzet. Salesman bisa saja achieve melebihi targetnya, bisa 105% atau 110% sekalipun. Tetapi tak pernah ada yang namanya servis level pengiriman melebihi 100%. Mendekatinyapun hanya untuk pengiriman ke toko2 tertentu seperti outlet MT dan MTI. Kondisi seperti ini hampir berulang setiap bulan. Pada week pertama, ke dua dan ke tiga beberapa Salesman terkesan berjalan di jalur lambat. Namun saat memasuki week ke empat - apalagi akhir bulan, tiba2 gas-pol PO melesat melebihi kecepatan Valentino Rossi di arena balap. Dan kita semua tahu apa yang bakal terjadi pada keesokan harinya: Team Delivery keteteran. Armada yang jumlahnya 10 unit tiba2 harus menjadi 20 s/d 25 unit dalam sehari. Penambahan mobil (include Sopir) dengan sewa harian relatif masih mudah didapat. Tapi siapa awak Helper yang membantu membawa barang? Tidak mudah mendapatkan dan mendidik seseorang menjadi Helper yang andal, apalagi jika hanya dalam beberapa jam untuk menghapal 400 s/d 500-an item barang. Seorang teman sering mengeluhkan dan sharing kondisi tersebut beberapa waktu lalu. Ini memang parah dan sangat menjengkelkan. 

Lalu apa relevansi hiruk pikuk di team Delivery di atas dengan call plan? Ya sangat jelas.
Mematuhi Call plan yang sudah disusun akan sangat membantu mengurai benang kusut. Dengan Call plan yang baik bisa menghindarkan terjadinya penumpukan S/O di akhir bulan. Team bisa membagi ritme dan load kerjanya lebih merata di setiap minggu. Team Sales bisa melakukan kunjungan ke toko secara rutin dan tepat waktu. Dan pada akhirnya akan membantu team Delivery melakukan pekerjaannya dengan lebih maksimal. Diharapkan sinergi ini mampu memberi hasil yang paling optimal.

Singkatnya, call plan yang baik tidak hanya disusun berdasarkan view dari team Sales semata, tetapi juga harus mempertimbangkan kondisi bagaimana barang pesanan customer bisa terkirim secara tepat waktu. Dan ini semua berkaitan dengan rute pengiriman yang baik. Bagaimana menyelarasakan Sales Call Route (rute kunjungan Salesman) dengan Delivery Route yang hampir pasti tidak sama. Bingung? Nggaklah. Coba simak penjelasan berikut :

  • berapa kecamatan yang di-cover seorang Salesman dalam sehari? Biasanya tak lebih dari 1-2 kecamatan
  • bandingkan dengan berapa banyak jumlah kecamatan yang di-cover oleh 1 (satu) unit armada pengiriman? biasanya rata2 mencapai 4 s/d 6 kecamatan atau bahkan lebih 
Nah, Seringkali kita mengabaikan hal di atas. "Berasumsi" se- akan2 satu mobil digunakan untuk kirim satu salesman. Karenanya sangat diperlukan pemahaman mengenai Route patterns atau pola rute kunjungan (kita bahas detil di post terpisah).

Setelah langkah pada point 1 s/d 4 tersebut di atas sudah selesai, kita bisa coba mulai dengan berpindah ke peta area di mana team kita berada. Kita gunakan sebagai contoh wilayah penjualan di karesidenan Surakarta yang terdiri dari 7 wilayah yakni, Kabupatem Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, Boyolali, dan tentu saja kodya Solo itu sendiri. Berikut adalah langkah2 untuk membantu pembuatan call plan secara online (pls note: kita tidak lagi menggunakan peta2 cetakan yang biasanya menjadi rebutan antar team dan di-coret2 di atasnya sampai bulukan).

1, Masuk ke google My Maps (tentunya anda sudah memiliki akun gmail sebagai syarat wajib untuk bisa mengakses situs tsb)
2. Buat peta baru (create map)
3. Unggah file batas wilayah Kabupaten/ kodya (file ini berekstensi kml - akan dibahas tersendiri di post lainnya)
4. Unggah file batas wilayah kecamatan sebagai satuan wilayah terkecil (idem point 3)
5. Unggah semua titik koordinat (lattitude dan longitude) lokasi toko sesuai hari kunjungan yang sudah ditentukan
6. Kelompokkan setiap titik koordinat yang mewakili area Salesman dengan warna2 yang berbeda

Sudah selesai?
Nah sekarang coba perhatikan apakah pembagian wilayah sudah rapi? Tidak tumpang tindih antara satu Salesman dengan yang lainnya mencover area yang sama? Dst, Dst. Kira2 seperti itu. Karena jika menggunakan peta manual/ lembaran, biasanya terjadi perebutan area khususnya di perbatasan wilayah kabupaten ataupun kecamatan.

Sekarang coba perhatikan lagi:
Berdasarkan mapping titik2 coordinate yang ada, team Delivery bisa langsung membagi dan memetakan berapa kebutuhan armada yang akan digunakan untuk mengirim PO pada hari tersebut. 
Jika misalnya pada hari itu S/O tersebar di 30 kecamatan, maka dengan asumsi per-hari mereka bisa cover 5 kecamatan,  maka team membutuhkan 6 unit armada (30 kecamatan dibagi coverabilty 5 kecamatan per-unit mobil). 

Tentu saja hitungan di atas hanya berdasarkan asumsi mudah yakni kemampuan cover area per-hari. Di dalam prakteknya masih harus mempertimbangkan pula jarak / waktu tempuh dan karakter toko tertentu, misalnya ada yang minta dikirim pagi dsb.  

bersambung ....

 Disclaimer: data koordinat yg digunakan dalam video ini hanya contoh saja, bukan data sesungguhnya.




Lalu coba perhatikan Call plan di bawah ini.
Ada beberapa hal yang mungkin menjadi kendala bagi team Pengiriman :
  • perhatikan toko yg berlokasi di area Klaten barat/ selatan. Hampir pasti barang tidak dikirim oleh team Delivery. Kenapa? Karena selain jauh dan tidak ada temannya, juga nilai ordernya hanya sebesar Rp. 242.520 ribu
  • jika dipaksakan kirim akan tidak efisien lagi dari segi biaya (freight cost) 
  • ada juga problem lainnya, team salah dalam tagging lokasi koordinat toko. Ini juga akan berpengaruh pada kinerja team pengiriman yg pasti sulit untuk menemukan lokasinya
Lalu apa solusinya? Beli Sales Automation? Route Optimization? Bisa iya, bisa tidak. Dari beberapa kasus yg pernah saya lihat dan alami sendiri, malah semakin mebuatnya keruh. Kenapa? Karena team tidak menguasai basic knowledge Sales territory management dan hanya mengandalkan system saja. Tentu ini - seperti yg saya bilang, hanyalah sebuah kasus saja. Saya yakin di tempat lain akan sangat membantu team Sales. Wallahualam bisawab.

Semoga bermanfaat bagi teman2 Salesman.

RMunadji

5 comments:

Unknown said...

assalamualaikum, maaf mu tanya nih ad g tutorial d youtube cara membuat mapping sales call plan menggunakan bi atau my map dan sales area mapping biar lebih jelas..makasih

RMunadji said...

walaikumsalam pak,
sejujurnya saya belum pernah menemukan yg bapak maksud di youtube, Dan justru karena itulah kami berusaha membantu teman2 di Sales utk bisa mereview sales call plan dengan cara paling mudah, analitis sekaligus gratis :)

Dan jangan lupa software apapun itu (baik BI atau yg berbayar macam SFA, CRM dsb) sifatnya hanya tools pembantu. Tetapi penguasaan knowledge di lapangan itu yg paling penting. Sependek pengetahuan saya, beberapa hal berikut yg wajib dipahami sebelum memnentukan kunjungan sales :

1. Coverage
2. Potensi pasar
3. Call cycle atau frequency of call
4. dan pembagian area yg adil menyangkut Coverability dari masing2 Salesman/ team (workload)
5 dsb

Terima kasih sudah berkunjung, wassalam.
Salam sehat selalu

Anonymous said...

Cukup mudah di mengerti

RMunadji said...

Saya rasa sangat mudah dimengerti pak, karena memang tujuan blog ini untuk mempermudah teman2 khususnya Salesman agar bisa bekerja dengan lbh smart dan "strategis" tdk hanya ngikutin perintah atasan - IMHO

Anonymous said...

Thanks for Sharing Very Helpfull