Ketika kita membicarakan salah satu bisnis paling sukses di dunia, Starbucks tentu saja akan ada dalam daftar tersebut – dengan Chairman dan CEO nya, Howard Schultz. Reputasi perusahaan ini di industri tentunya berkaitan dengan gaya kepemimpinan Schultz.
Menurut teori kepemimpinan yang dikemukakan pada tahun 1978, terdapat dua jenis pemimpin, transactional dan transformational. Pria di balik perusahaan paling ethical di dunia, Starbucks, menerapkan yang kedua. Pemimpin yang transformational menginspirasi dan mendukung anggota tim mereka untuk berkembang secara individu sekaligus menjadi bagian dari tim secara kolektif untuk bekerja mencapai tujuan tertentu. Howard Schultz adalah pemimpin tipe ini dan dia memastikan adanya kepercayaan, rasa hormat, kejujuran dan komitmen pada perusahaan yang ia pimpin.
Dimensi dari Kepemimpinan Transformational
Pengaruh yang Ideal – Hal ini mencakup kemampuan untuk membangun rasa percaya diri serta mendapatkan hormat dan kepercayaan dari anggota organisasi. Dengan menjadi pemimpin yang karismatik, pengikut akan lebih adaptif terhadap perubahan apabila dibutuhkan.
Motivasi yang Menginspirasi – Dengan antusiasme dan sikap yang positif, seorang pemimpin dapat memotivasi pengikutnya untuk menjadi team player serta bermimpi bahwa semua hal itu mungkin.
Stimulasi Intelektual – Pemimpin transformational sering menantang anggota tim untuk menyelesaikan masalah yang muncul dan mengajarkan mereka bagaimana menjadi kreatif dan inovatif dengan cara memberikan stimulasi pada pikiran mereka. Hal ini memungkinkan anggota tim untuk mengemukakan ide-ide maupun membagikan pandangan mereka tanpa perlu merasa takut mereka akan dihukum atau ditegur karenanya.
Pertimbangan untuk Tiap Individu – Dengan menerima adanya perbedaan antar karyawan, seorang pemimpin yang transformational tentu mengetahui pentingnya mengatasi masalah masing-masing bawahan sesuai karakter mereka, memberikan mentoring, serta menawarkan konseling karir secara individu.
Apa saja yang membuat Howard Schultz menjadi pemimpin seperti itu dan termasuk dalan daftar “World’s 50 Great Leaders”?
1. Dia mempekerjakan orang yang tepat.
Bagi pria di balik kesuksesan Starbucks ini, tidak cukup memberi tahu karyawannya apa yang harus dilakukan tetapi sebelumnya diperlukan orang yang tepat untuk bergabung dalam tim. Setelah dia kembali ke posisi CEO pada tahun 2008, ia menyuruh 10.000 manajernya mengikuti konferensi selama empat hari di New Orleans, di mana dia sendiri yang menjadi pembicaranya. Tujuannya adalah untuk menantang dan menginspirasi mereka karena dia percaya bahwa perusahaan memerlukan orang-orang dengan kemampuan kepemimpinan yang intuitif. Dengan bakat komunikasinya yang inspiratif, dia dapat menyampaikan pesan tersebut dan tim manajerial tersebut kembali dari konferensi dengan positif.
2. Dia konsisten dalam memberikan produk dan jasa.
Starbucks memiliki lebih dari 20.000 toko secara global yang menawarkan racikan kopi yang bervariasi, roti lapis dan produk lain dalam kemasan. Tapi ke cabang manapun Anda pergi, entah itu di New York atau Seoul, Anda akan mendapatkan cita rasa sempurna yang sama dari Mocha Frapuccino atau Macchiato Schultz memiliki goal yaitu memberikan pelayanan pelanggan yang terbaik termasuk konsistensi dari kualitas produk-produk Starbucks.
3. Dia sangat memperhatikan karyawannya.
Apabila Anda mendengar orang-orang mengagumi seberapa besar Schultz memperhatikan anggota timnya, mereka tidak hanya membicarakan tentang hal-hal seperti menawarkan transportasi gratis bagi mereka. Schultz juga memberikan asuransi kesehatan yang komprehensif dan kesempatan untuk membeli saham perusahaan, bahkan untuk karyawan paruh waktu sekalipun. Ditambah lagi, ia juga menawarkan tunjangan biaya pendidikan dan jadwal bekerja yang dinamis sehingga karyawan tidak harus mengambil jadwal dini hari terus-menerus. Lebih lanjut, ia juga sangat mendengarkan masukan dari karyawannya. Misalnya saja, bukannya menegur karyawannya yang tanpa seizinnya mengeluh pada The New York Times tentang jadwal kerjanya, perusahaan justru mengambil tindakan yang positif setelah surat kabar itu terbit. Manajer dari si karyawan kemudian berbicara dengan karyawan tersebut dan berusaha menyesuaikan jadwal kerjanya agar lebih nyaman.
4. Dia menghargai budaya dan mendukung diversitas.
Pada skala regional, Schultz selalu memastikan sendiri bahwa setiap toko yang dibangun didesain dengan sesuai, tergantung pada lokasi masing-masing. Hal ini karena ia percaya bahwa masyarakat di setiap tempat memiliki preferensi dan cara kerja sendiri. Faktor-faktor yang termasuk dalam pertimbangan di antaranya adalah penampilan dan desain toko. Tim Starbucks juga menerapkan hal ini dalam hal mereka berkomunikasi dengan pemasok. Mereka sangat terbuka pada pemasok yang termasuk dalam komunitas yang beragam di antaranya Asian-Indian Americans, African-Americans, penyandang disabilitas, veteran perang, LGBTs and Asian-Pacific Americans, dan lain sebagainya. Selain mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dari business channel lainnya, mereka juga berkontribusi pada perkembangan ekonomi komunitas.
5. Dia memiliki misi dan visi yang jelas.
Saat diwawancara oleh Oprah, dia mengatakan bahwa meski ia menyukai kopi, bukan itu alasan yang mendasari kenapa ia memulai bisnis tersebut. Ia mengatakan bahwa passion-nya adalah membangun perusahaan yang menghargai karyawannya. Ini adalah visi dari Starbucks. Sementara itu, misi Starbucks adalah tidak hanya menjadi tempat bagi orang-orang untuk menikmati kopi tapi juga tempat untuk bertemu dengan teman, mengadakan meeting, mengerjakan pekerjaan mereka dan juga relaksasi.
6. Dia percaya akan pentingnya kerjasama.
Selama beberapa dekade, perusahaan ini memiliki beberapa kerjasama dengan beberapa organisasi untuk mendekati market-nya. Schultz percaya bahwa dengan menemukan tim yang tepat untuk diajak bekerja sama, maka akan lebih mudah untuk mencapai brand awareness yang ditargetkan. Starbucks dan Barnes and Noble bergabung, di mana Barnes and Noble mengizinkan Starbucks membangun cabang tokonya di fasilitas mereka di beberapa lokasi. Dengan begini, pelanggan yang sedang membeli buku juga dapat menikmati kopi sambil membaca. Selain itu, Starbucks juga bekerja sama dengan Apple sehingga pelanggan sekarang bisa mengunduh playlist Starbucks melalui iTunes.
7. Dia memahami pentingnya mengenal baik karyawan maupun pelanggan.
Pelanggan dan karyawan adalah pilar dari bisnis, Schultz dan timnya di Starbucks sangat paham akan hal ini. Barista dapat memberikan sentuhan personal pada pelanggan yang sering membeli kopi di Starbucks dengan mengetahui pesanan favorit mereka. Hal ini membuat pelanggan merasa spesial. Selain itu, apabila terjadi miskomunikasi dalam pemesanan, karyawan akan menggantinya dengan pesanan yang benar. Schultz juga percaya bahwa karyawan memiliki banyak ide-ide untuk ditawarkan dan penting untuk mendengarkan ide-ide mereka. Prinsip ini berperan penting saat menciptakan Frappuccino. Itu termasuk racikan yang diusulkan oleh salah satu karyawannya.
Disclaimer
Tulisan dan artikel yang ada di blog ini hanya untuk keperluan sharing idea dan develop team saja. Dan karenanya bisa diedit setiap saat untuk penambahan dan koreksi. Blog ditulis oleh beberapa kontributor. Semoga bermanfaat dan bisa mempererat tali silaturahmi.
Semangat Salesgis.com adalah sebagai solusi (referensi) praktis, analitis dan gratis.
"With no budget, comes great creativity"
Popular Posts
-
Hi apa kabar? Kali ini saya ingin share bagaimana caranya membuat sebuah lingkaran radius di dalam sebuah peta yang ada di Google My Maps. ...
-
Kepemimpinan ( Leadership ) adalah tentang pertumbuhan - untuk diri Anda, hubungan Anda, produktifitas Anda, dan orang-orang Anda. Untuk bi...
-
John Maxwell adalah salah satu otoritas terkemuka di dunia dalam bidang Kepemimpinan. John telah melatih jutaan orang dan menulis lebih dar...
-
Saat menempati Gudang seringkali kita mengalami permasalahan dengan lantainya, entah karena ambles atau terjadi keretakan di sana -sini. Bi...
-
Dalam kesempatan ini saya ingin berbagi sedikit pengalamam tentang tugas dan tanggung jawab seorang Koordinator Gudang dalam menjalankan fu...
Recent Comments
Powered by Blogger.
No comments:
Post a Comment