BRILLIANT CAREER IS NOT NECESSARILY HAPPY (Karir cemerlang belum tentu senang)


Kemarin malam saya bertemu dengan teman kuliah dibandung dulu sebut saja namanya Tari (bukan nama sebenarnya). Pribadi yang supel dan menyenangkan, semenjak kuliah Tari memang menjadi bintang kelas dan pernah jadi model saat pengambilan film tentang jurusan. Pribadi yang selalu ceria setiap saat, malam itu Tari dengan rambut panjang tergerai, dress merah juga lipstick merah merona yang diperindah dengan degradasi merah blush on dipipinya.

Saat ditanya "Tari... Kok Jumat gini feminim banget"

Tari jawab "Abis ada acara akhir tahun tadi di kantor nonk (Anonk panggilan akrab saya)"

"Hmmm pantes ga biasanya menor gitu hehehee"

Kami lanjut makan malam di daerah kuningan, saya makan kangkung dengan sapo tahu saus tiram dan Tari hanya pesan Jus jeruk karena sudah makan tadi di acara kantornya.

Tari adalah seorang Departement Head di salah satu perusahaan swasta di Indonesia, sangat profesional dan selalu over achive dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, ini adalah perusahaan keduanya dan sudah 7 tahun berkarir di perusahan ini dimulai dari seorang staff lalu menjadi Head of Branch hingga di jabatan saat ini, Tari selalu di promosikan oleh atasannya karena kinerja dan tanggung jawabnya yang luar biasa. Sudah terbiasa mendevelop sebuah branch dan hasilnya income perusahaan selalu meningkat adalah salah satu kontribusinya.

Dari cemerlangnya karir tersebut, Tari punya problem yang membuat dia begitu lama diperusahaan ini sampai 7 tahun.. Wow untuk seorang generasi millenials bisa bertahan begitu lama di suatu perusahaan adalah suatu yang ajaib hehehee

Tari bercerita tentang beberapa problem tentang karirnya tersebut

1. Selalu dipromosikan oleh atasannya

Menjadi seorang dengan kinerja baik akan masuk dalam talent pool HR dengan konsekuensi karirnya akan melesat seperti roket, loh kenapa itu jadi problem? Karena jabatan sekarang dengan tanggung jawab yang diembannya serasa tidak sesuai dengan salary yang diterimanya, setiap naik jabatan memang salary ikut naik juga tetapi tidak naik signifikan, mungkin WLA (Work Load Analysis) diperusahaan tersebut belum sejalan dengan salary structurenya sehingga merugikan talent2 yg ada atau memang standar salary diperusahaan itu yang rendah

2. Menjadi expert dibidangnya tapi hanya hanya jago kandang

Tari cerita dengan semangat tentang knowledge dan skill yang iya miliki, wow keren... Tapi secara jujur dia bilang saat training ketemu dengan peserta dari perusahaan lain kok yg gw punya kayaknya blm ada apa2nya ya nonk dan mungkin bila pindah keperusahaan lain belum tentu bisa sehebat sekarang

3. Terbuai dengan New Possition dan new challange

Ini sebenarnya bagus dan keren tapi saat kita sudah terlalu lama diperusahaan tersebut posisi baru dan tantangan baru tidak lah meningkatkan kemampuan kita secara drastis karena culture dan network nya sudah paham dan lingkup kerjanya disitu2 aja

Wah lumayan seru diskusi malam itu, kesempatan Tari bicara sudah habis sambil tarik nafas dalam2 dia bilang "Nonk bikinin gw CV dong", akhirnya sadar juga kalau dia harus pindah, okaayyy "bagian gw nih sekarang yang ngomong yah". Akhirnya saya ceritakan kenapa itu bisa terjadi dengan "HR Mindset" dan ini caranya.

1. Update your CV and LinkedIn

Ya ini yang bisa dilakukan pertama kali yaitu update CV dan LinkedIn, update agar lebih keren lalu lengkapi dengan tugas dan tanggung jawabnya disetiap posisi yang pernah di jabat beserta achivement yang diraih.

2. Cari tau perusahaan yang main businessnya sesuai dengan jabatan kita saat ini

Sebelum apply2 dengan CV yang sudah update, browsing dulu perusahaan2 besar dan terkenal apa saja yang bisnis utamanya sesuai dengan posisi saat ini, pelajari pahami dan sesuaikan dengan pencapaian kita apakah sudah align? Jika belum amatin dan perbaiki dulu, seharusnya tidak lama karena basicnya sudah punya.

3. Personal Branding with networking

Ini sangat penting sebagai profesional join dan spend your time with community. Disana adalah tempat kita ngtest ilmu dan saling berbagi dengan orang2 dengan bidang yang sama. Dengan networking maka kita akan sadar gap competency apa saya yang ada dan harus dilengkapi atau diasah lagi

4. Learning, Performing, Developing (yang saya pelajari dari tulisan tulisan Pak Pambudi Sunarsihanto)

Seorang Tari dengan kapabilitasnya secara otomatis sudah lewat 2 proses tersebut yaitu Learn dan Perform, tapi proses ke 3 harus segera dijalankan yaitu mencari atau mendevelop seorang suksesor untuk menjadi penggantinya nanti, jadi saat pindah ke perusahaan lain tetap meninggalkan citra yang baik dengan perusahaan sebelumnya

5. Search new job/opportunity

Yap jika langkah 1-4 sudah dijalankan sebenarnya tanpa mencari pasti sudah banyak yang akan menawarkan anda untuk join diperusahaannya.

6. Resign and enjoy your new hell

Wow keluar malah masuk neraka? Perusahaan dan atasan yang baik adalah yang memberikan kita neraka saat bergabung, neraka disini adalah new challenging, high pressure, new bussiness process, new culture, new networking. Saat kita bisa melewatinya dengan baik maka aroma surga akan tercium dan bersiap untuk menikmatinya"

Jadi kesimpulannya atas problem Tari tersebut ada 6 poin yaitu

1. Update your CV and LinkedIn

2. Cari tau perusahaan yang main businessnya sesuai dengan jabatan kita saat ini

3. Personal Branding with networking

4. Learning, Performing, Developing

5. Search new job/opportunity

6. Resign and enjoy your new hell

Selamat mencoba dan semoga berhasil.


Salam Hangat,

Arnold Sigisa

Bikin Seru Indonesia

2 comments:

RMunadji said...

thanks pa untuk post pertamanya, mencerahkan.

G Mahardika said...

mantaba