Perilaku Toko

Ada beberapa cara untuk membuat Sales Call atau Kunjungan Salesman kita menjadi lebih efektif dan efisien. Antara lain adalah seperti berikut ini, yang mana kita sebagai Salesman sudah sama2 paham dan tak perlu lagi diingatkan 😅 :

  • selalu memperhatikan point-to-point distance (time span)
  • memperhatikan Journey time
  • memperhatikan lama waktu bertransaksi (Transaction time)
  • avoid busy times (hindari jam2 sibuk)
  • membuat appointment terlebih dulu
  • meningkatkan sales Volume dan
  • lakukan Evaluasi
Nah kali ini saya ingin sedikit sharing (tepatnya curhat) beberapa hal terkait poin yang ke tujuh: evaluasi. Ada banyak hal harus kita pertimbangkan di saat melakukan review dan evaluasi atas kondisi outlet. Kita sepakat bahwa outlet2 yang tidak memberi kontribusi yang baik bagi Perusahaan harus kita eliminir, dan kemudian kita cari penggantinya. Namun sayang di dalam prakteknya tidak selalu demikian. Dan ini menurut saya adalah masalah. Beberapa Salesman lebih sering membela dan menutupi kekurangan si Outlet demi mengamankan target Omzet, namun tidak mempertimbangkan resiko di kemudian hari.

Selama berkecimpung di dunia distribusi, saya melihat dan menemukan sendiri beberapa toko berperilaku kurang baik, tidak jujur dan bahkan ada yang cenderung "ngadalin" kita sebagai Penjual. Tidak hanya satu-dua, tapi "beberapa". Kalau buat saya sangat jelas, menghadapi toko seperti itu langkah yang saya ambil adalah : "tenggelamkan" dan tidak usah digarap lagi. Coret dari daftar register outlet. Cari toko lain yang lebih baik, lebih amanah  dan bisa menghormati hak dan tanggungjawab antara Penjual dan Pembeli. Ada Salesman yang kadangkala terjebak di posisi mempertahankan mereka sebagai "raja" (mungkin karena ingat quote " Pembeli adalah Raja"). Tetapi bagi saya raja yang suka menipu sama buruknya dengan Penjahat. Dan sebaiknya kita hindari, karena akan merugikan kita. 

Ini adalah salah satu kisah yang sulit untuk dilupakan (lebeh), ketika saya bertatap muka dengan seseorang yang memberi kesaksian bohong dengan sorot mata meyakinkan. Sementara di tangannya yang gemetaran ada BB (barang bukti) yang berusaha dia sembunyikan dari saya. Jarak kita hanya 50 cm, dan tentu saja kecepatan tangan sama sekali tidak membantunya memuluskan trick-nya.  

Jadi ceritanya begini :
Ada satu toko di daerah Karang*****n yang tagihannya sudah overdue beberapa bulan. Ketika didatangi team Audit si Pemilik menjelaskan bahwa mereka tidak menerima Barang yang kita kirim. Lalu team menunjukkan bukti asli faktur Penjualan ke ybs dan menerangkan bahwa Pihak toko membubuhkan tanda tangan yang artinya, barang sudah diterima. Pemilik bersikeras menyatakan tidak menerima barang. Keesokan harinya, saat mendatangi toko saya sempat mengulang menujukkan faktur yang ada tanda tangan toko. Si Pemilik sekali lagi tegas mengatakan itu bukan tanda tangannya. Oke. Lalu saya sempat meminjam (agak memaksa) tumpukan file/faktur di meja dia, dengan cepat saya sort tumpukan kwitansi yang ada di depan saya tersebut. Tak perlu lama saya langsung mengenali 2-3 faktur yang ada dalam arsip tersebut dan langsung menunjukkan ke dia: " Lha ini fakturnya ada tanda tangan yg sama, kenapa bapak bilang gak terima barangnya". Sambil celingukan beliau berkelit : " itu kan tanda tangannya beda??" Lalu saya letakkan di atas display kacanya untuk membandingkan dengan faktur lainnya yang masih atas nama toko yang sama, sambil memojokkan dia :" di mana letak bedanya pak? Ini tanda tangan sama persis!". Masih ngotot menurutnya yang satu besar yang satu kecil. Lalu dia "merebut" fakturnya dan mencoba menyembunyikan dari saya. "Pokoknya saya tidak menerima barangnya!", begitu ketusnya.

Kira2 apa yang akan kamu lakukan jika ketemu orang model begini?
Cerita ini sudah luaaaama sekali.



   

RMunadji

No comments: