SPG VS Perilaku Pembeli

Saat masih suka ikut meeting dengan para SPG, saya paling suka memberikan materi tentang impulse buying. Tentu saja dengan niat memberi semangat kepada mereka. Sharing biasanya saya buka dengan sebuah pertanyaan 'menjengkelkan' sekaligus 'profokatif' : "Apakah kalian pikir kalau di toko tidak ada SPG barang ini tidak laku? Dan sebaliknya jika ada SPG maka barang ini menjadi laku keras?" Lalu saya jelaskan bahwa menurut sebuah survey tentang perilaku konsumen di tiga kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung dan Surabaya) menunjukkan bahwa rata2 80% konsumen tidak merencanakan pembeliannya. Teruatama di kota Surabaya yang mencapai 85%. Ini disebut dengan Impulse Buying. Nah, mbak2 cantik mulai paham arah pembicaraan. Bahwa sebenarnya mereka memiliki peluang cukup besar untuk menjual barang kepada konsumen dengan tipe ini; yang suka membeli tanpa rencana. Tinggal digosok dikit. 

Untuk memuluskan rencana tersebut tentunya seorang SPG harus menguasai knowledge dan skill yang sangat baik. Bagaimana mendorong konsumen untuk tertarik membeli barang tanpa harus terkesan memaksa mereka. Karena ini yang sering terjadi di lapangan. Saya beberapa kali membuat catatan tentang perilaku SPG saat mengunjungi toko. Bahkan tak jarang saya mendokumentasikannya (secara diam2) untuk saya share di meeting berikutnya sebagai bahan review untuk perbaikan. Dan sejujurnya tidak mudah menjadi seorang SPG karena selain skill dan knowledge mereka harus memiliki attitude yang baik. Nah, yang ke tiga ini yang paling penting. - bersambung



       

RMunadji

No comments: