Beberapa produsen melakukan hal di atas dengan tujuan yang jelas : agar kompetitor tidak masuk dan mengganggu pangsa pasarnya. Banyak sekali contohnya. Misalnya Xiaomi, Redmi, dan Poco yang masing2 bermain di tiga kelas yang berbeda.
Nah gara2 nganter istri nyari si Migo (minyak goreng) malah nemu produk teh tubruk dengan merek berbeda tapi ternyata diproduksi oleh pabrik yang sama. Yang satu teh cap 𝐓𝐣𝐚𝐭𝐨𝐞𝐭 dan satunya lagi merek 𝐓𝐚𝐧𝐠. Sama2 dalam kemasan 40 gram dengan aroma melati yang hampir tidak bisa dibedakan. Tetapi dijual dengan harga yang berbeda. Merek pertama dijual dengan harga Rp. 3.200, sementara yang satunya - merek Tang, dijual dengan harga lebih murah, Rp. 2.800.
Ada sedikit perbedaan tampilan. Merek pertama dikemas dengan kertas dan plastik dengan lapisan di dalamnya. Sementara merek ke dua hanya dibungkus kertas saja. Karena kesal tidak dapat minyak goreng, akhirnya membeli dua kotak teh tersebut untuk dsekedar menghibur hati :)
𝐼𝑓 𝑎 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑎𝑛𝑦 𝑐𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑜𝑛𝑒 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 𝑚𝑢𝑙𝑡𝑖𝑝𝑙𝑒 𝑙𝑎𝑏𝑒𝑙𝑠, 𝑡ℎ𝑒𝑦 𝑠ℎ𝑜𝑢𝑙𝑑 𝑏𝑒 𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑡𝑜 𝑖𝑛𝑐𝑟𝑒𝑎𝑠𝑒 𝑡ℎ𝑒𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑤ℎ𝑖𝑙𝑒 𝑠𝑖𝑚𝑢𝑙𝑡𝑎𝑛𝑒𝑜𝑢𝑠𝑙𝑦 𝑑𝑒𝑐𝑟𝑒𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑡ℎ𝑒𝑖𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 𝑐𝑜𝑠𝑡𝑠. 𝐴𝑛𝑑, 𝑖𝑓 𝑒𝑣𝑒𝑟𝑦𝑡ℎ𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑙𝑖𝑔𝑛𝑠, 𝑒𝑣𝑒𝑟𝑦𝑏𝑜𝑑𝑦 𝑤𝑖𝑛𝑠 – 𝑡ℎ𝑒 𝑐𝑢𝑠𝑡𝑜𝑚𝑒𝑟𝑠 𝑔𝑒𝑡 𝑡ℎ𝑒𝑖𝑟 𝑏𝑟𝑎𝑛𝑑𝑠, 𝑡ℎ𝑒 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑎𝑛𝑖𝑒𝑠 𝑔𝑒𝑡 𝑡ℎ𝑒𝑖𝑟 𝑐𝑢𝑠𝑡𝑜𝑚𝑒𝑟𝑠, 𝑎𝑛𝑑 𝑒𝑣𝑒𝑟𝑦𝑏𝑜𝑑𝑦 𝑙𝑖𝑣𝑒𝑠 ℎ𝑎𝑝𝑝𝑖𝑙𝑦 𝑒𝑣𝑒𝑟 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟. Mungkin ada benernya :)
Atau kita pasti ingat dengan wejangan pak 𝐒𝐭𝐞𝐯𝐞 𝐉𝐨𝐛𝐬 yang sangat terkenal : “𝐼𝑓 𝑦𝑜𝑢 𝑑𝑜𝑛’𝑡 𝑐𝑎𝑛𝑛𝑖𝑏𝑎𝑙𝑖𝑧𝑒 𝑦𝑜𝑢𝑟𝑠𝑒𝑙𝑓, 𝑠𝑜𝑚𝑒𝑜𝑛𝑒 𝑒𝑙𝑠𝑒 𝑤𝑖𝑙𝑙.” Banyak sekali kasus yang mendukung pendapat beliau ini.
Kalau dipikir2 penggunaan kata Catut dan Tang sebenarnya memiliki fungsi yang hampir sama ya?
#marketing #quality #evolveordie
No comments:
Post a Comment